Profil
KAPANEWON BANTUL
Nama Bantul menunjuk pada nama wilayah administratif yaitu Kabupaten, Kapanewon, Kalurahan dan juga Pedukuhan dengan nama tambahan, yaitu:
1. Pedukuhan Bantul Karang termasuk di Kalurahan Ringinharjo
2. Pedukuhan Bantul Timur termasuk di Kalurahan Trirenggo
3. Pedukuhan Bantul Warung termasuk di Kalurahan Bantul.
Ada juga kampung lainnya yaitu Bantul Krajan
Menurut catatan sejarah, Bantul dibangun pada tahun 1831 saat era pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono V. Nama kabupaten ini sempat mengalami perubahan hingga akhirnya resmi disebut Bantul., kabupaten paling selatan di Yogyakarta.
Sejarah kabupaten ini tidak bisa dipisahkan dari histori Daerah Istimewa Yogyakarta. Terbentuknya daerah ini bermula ketika Pangeran Diponegoro bersama pasukannya yang bersembunyi di Gua Selarong melakukan perlawanan terhadap Belanda pada tahun 1825 hingga 1830.
Perlawanan tersebut berhasil diredam oleh pemerintah kolonial Belanda. Agar situasi terkendali, Belanda lantas mengadakan kontrak dengan Kasultanan Yogyakarta. Salah satu kesepakatan yang tertulis dalam perjanjian itu adalah Sultan Hamengku Buwono V mesti membagi wilayahnya menjadi tiga daerah administratif, yakni Bantulkarang (selatan), Denggung (utara), dan Kalasan (timur).
Pada tanggal 20 Juli 1831, wilayah bagian selatan yang semula disebut Bantulkarang berubah nama menjadi Bantul dan ditetapkan sebagai salah satu dari tiga daerah Kasultanan Yogyakarta. Tanggal 20 Juli pun diperingati sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Bantul. Saat itu, Bantul dipimpin oleh seorang bupati bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro yang merupakan abdi dalem Kraton berpangkat Bupati Nayaka.
Pusat pemerintahan Kapanewon Bantul berada di jalan utama Kabupaten Bantul, yaitu di Jl. Jend.Sudirman No 44 Bantul Telepon : (0274) 367685 dengan alamat
Email : kec.bantul@bantulkab.go.id
IG : kapanewon_bantul
FB : Kapanewon Bantoel Utomo
Kapanewon Bantul mempunyai luas wilayah 2.251,5400 Ha atau 22, 95 km2 Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2020, penduduk yang berdomisili di Kapanewon Bantul berjumlah 64.355 orang dengan rincian, laki-laki 32.012 orang dan perempuan 32.343 orang. Jumlah warga yang masih miskin sebanyak 6.309 jiwa atau 9,8 %.
Berdasarkan Perda Kabupaten Bantul nomor 9 tahun 2019 tentang PENETAPAN KALURAHAN, maka semua desa berubah nama menjadi Kalurahan dan di wilayah Kapanewon Bantul terdiri dari 5 kalurahan yaitu :
1. KALURAHAN TRIRENGGO
Berdiri pada hari Sabtu Wage Tanggal 23 Nopember 1946 atau Tanggal 28 Besar 1877 Jimawal, Windu Kunthara, Wuku Dhukut atau tanggal 28 Dzul Hijjah 1365 H. Merupakan gabungan dari 3 kalurahan yaitu Niten, Nogosari dan Batikan terdiri dari 17 dusun dan 109 RT yaitu : Gempolan Sragan, Klembon, Priyan, Pasutan, Bogoran, Pepe, Nogosari, Gedongan, Gandekan, Manding, Kweden, Sumberbatikan, Bakulan, Cepoko, Karangmojo, Bantul Timur. Sebagai Lurah pertama adalah R. Sukarjan, periode tahun 1946 s/d 1982
2. KALURAHAN BANTUL, merupakan gabungan dari 3 Kalurahan yaitu : Gandekan, Teruman, Bedjen. Terdiri dari 12 Pedukuhan, dan 93 RT yaitu : Kurahan, Bantul Warung, Gandekan, Nyangkringan, Babadan, Badegan, Teruman, Bejen, Geblag, Karanggayam, Grujugan, Serayu
3. KALURAHAN RINGINHARJO, semula bernama Kalurahan Bantulkarang. Terdiri dari 43 RT dan 6 pedukuhan Gemahan, Deresan, Gumuk, Soropaten, Mandingan, Bantul Karang
4. KALURAHAN SABDODAD, semula bernama Kalurahan Kejongan. Terbagi menjadi 5 wilayah pedukuhan dengan 38 RT, yaitu Wilayah Neco, Manding, Kadibeso, Dukuh, dan Keyongan I
5. KALURAHAN PALBAPANG, merupakan gabungan dari 3 Kalurahan yaitu Gandon, Taruban dan Tadjeman. Terdiri dari 10 Pedukuhan, dan 81 RT yaitu Kadirojo, Karasan, Sumuran, Taskombang, Dagaran, Ngringinan, Bolon, Peni, Karangasem, Serut.
Jadi 5 kalurahan tersebut semula merupakan penggabungan atau perubahan nama dari kalurahan sebelumnya. Penggabungan tersebut dikenal dengan nama BLENGKETAN. Penggabungan beberapa kalurahan lama tersebut berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Negara Republik Indonesia Jogjakarta (Kasultanan dan Pakualaman) nomor 5 tahun 1948 tentang hal perobahan daerah-daerah kalurahan dan nama-namanya, tertanggal 9 April 1948
GEOGRAFIS
Wilayah Kecamatan Bantul berbatasan dengan :
1. Utara : Kecamatan Sewon;
2. Timur : Kecamatan Jetis;
3. Selatan : Kecamatan Bambanglipuro;
4. Barat : Kecamatan Pajangan.
Kecamatan Bantul berada di dataran rendah. Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 45 meter diatas permukaan laut. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Bantul adalah 0,4 Km. Bentangan wilayah di Kecamatan Bantul 98 % berupa daerah yang datar sampai berombak dan 2% berupa daerah yang berombak sampai berbukit.
SARANA DAN PRASARANA
A. PENDIDIKAN
1. TK : 38
2. SD : 27
3. SMP/MTs : 13
4. SMA : 8
5. SMK : 9
6. PT/AKADEMI : 3
B. KESEHATAN
1. RS : 3
2. RS BERSALIN : 2
3. PUSKESMAS : 2
4. PUSKESMAS PEMBANTU: 4
5. POLIKLINIK : 5
6. APOTIK : 5
C. AGAMA
1. MASJID : 110
2. MUSHOLA : 108
3. GEREJA : 3
D. WISATA KULINER
Salah satu potensi yang menonjol di Kapanewon Bantul adalah Kuliner. Sangat layak di sebut sebagai KULINER CITY. Mulai dari kuliner menu Lawasan, kekinian, jajan pasar dan Restoran. Seperti warung Bakmi, Sate, ayam Goreng, Bebakaran,warung Kopi, dan lain sebagainya.
E. OLAHRAGA
1. Lapangan Sepakbola Dwi windu
2. Lapangan sepakbola di setiap Kalurahan
3. Lapangan tenis indoor dan outdoor
4. Lapangan footsal
F. RUANG TERBUKA HIJAU
1. Kawasan Lapangan PASEBAN
2. Kawasan Masjid Agung Manunggal Bantul
3. Kawasan Taman Milenial
G. WISATA
1. Desa wisata Kerajinan kulit Manding Sabdodadi
2. Kolam renang Tirtotamanari, Niten Trirenggo
3. Desa Wisata Ngringinan Palbapang (Museum Bantul Masa Belanda)
4. Taman Puspa Gading di Tegaldowo
5. Edum Park di Tegaldowo
6. Desa wisata Kolingin di Manding Sabdodadi
7. Code Kampung Bakmi Trirenggo (rintisan).
S e n t r a I n d u s t r i
1. Sentra industri kerajinan Kulit yakni di daerah Manding, Sabdodadi, yang sudah cukup dikenal dengan kerajinan Kulit
2. Sentra Industri Geplak. Ada 3 sentra idustri Geplak sebagai makanan khas Kabupaten Bantul, yaitu :
a. Geplak Widodo di Badegan Trirenggo
b. Geplak Jago di Gose
c. Geplak Mbok Tumpuk di Sumuran
d. Sentra-sentra geplak lainnya.
3. Sentra Emping Telo di Bantulkarang Ringinharjo
TRADISI BUDAYA
Tradisi Obor Lebaran di Ringinharjo.Tradisi ini masih hidup dan berkembang hingga saat ini di Desa Ringinharjo. Di daerah ini terdapat tradisi yang dikenal dengan pesta obor dan sate yang konon sudah ada sejak tahun 1943.